Kisah Penggali Kubur Korban Covid-19 di Indonesia, Kerja 15 Jam Sehari Selama Seminggu
Wabah virus corona (Covid-19) di Indonesia ternyata banyak memunculkan sisi lain yang jarang diketahui banyak orang. Di saat masyarakat riuh menyoroti beragam hal seperti kinerja pemerintah, perjuangan para tenaga medis, hingga gejolak di masyarakat, mereka yang berprofesi sebagai penggali kubur nyaris tak terdengar kabarnya.
Seperti yang terjadi baru-baru ini, media asing justru menyoroti para penggali kubur yang juga berjuang keras di tengah wabah Covid-19. Tak hanya profesi mereka yang dibutuhkan, tapi juga beban kerja yang berat dengan resiko tinggi. Ya, para penggali kubur tersebut dikhawatirkan rawan terpapar korban Covid-19 yang mereka makamkan.
Kerja cepat dengan durasi yang sangat menguras tenaga
Bukan perkara mudah bagi para penggali makam bekerja di tengah pandemi Covid-19 seperti saat ini. Merebaknya virus menular di tengah-tengah masyarakat, berarti bertambah pula beban kerja mereka untuk menguburkan mereka yang telah meninggal dunia. Hal inilah yang kemudian disorot oleh media asal Cina, South China Morning Post (SCMP).
Para penggali kubur tersebut digambarkan bekerja keras untuk mengubur para korban Covid-19 di Jakarta. Salah satunya adalah sosok Junaidi Hakim. Seakan berpacu dengan waktu, ia bersama rekan-rekannya beralih dari satu lubang ke lubang lainnya dengan waktu yang cepat. Jika tidak, nyawa mereka sendiri yang menjadi taruhannya karena tak dilengkapi pelindung diri yang memadai.
Tantangan bekerja di tengah pandemi dan bulan suci Ramadan
Tak salah bila para penggali kubur tersebut harus sigap dan cepat dalam melakukan pekerjaannya. Dilansir dari South China Morning Post (19/05/2020), mereka memiliki waktu kurang dari 10 menit untuk menghindari kemungkinan terinfeksi jenazah korban Covid-19 yang dikuburkan.
Pekerjaan berat yang bakal menjadi pengalaman berharga
TPU Pondok Ranggon yang menjadi salah satu pemakaman yang diperuntukkan bagi korban Covid-19, saban hari dipenuhi penggali kubur yang siap menjalankan tugasnya. Dalam sehari, mereka bekerja keras hingga 15 jam sehari selama seminggu penuh. Padahal sebelum adanya wabah Covid-19, salah seorang penggali kubur bernama Suherman hanya menggali makam sebulan sekali.
Kritik media asing terhadap data korban Covid-19 di Indonesia
Tak hanya menyoroti kiprah penggali kubur untuk para korban meninggal dunia Covid-19, media asing seperti AFP (Perancis) dan SCMP (Cina) juga mengkritisi soal jumlah kasus Covid-19 di Indonesia sebenarnya belum begitu jelas. SCMP menuliskan (19/05/2020), jumlah kematian resmi 1.191 pada hari Senin secara luas diyakini jauh di bawah kenyataan.
Sama seperti para profesional yang dibutuhkan oleh negara di tengah pandemi Covid-19, keberadaan para penggali kubur di atas juga tak kalah pentingnya. Sayang, kiprahnya tak banyak disorot karena tenggelam oleh tenaga lainnya yang mungkin kerap terlihat di layar kaca. Semoga saja, pemerintah bisa memperhatikan kesejahteraan dan keselamatan mereka.